Padang Pariaman | Sumatera Barat | BajambaNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat (Sumbar) Erianjoni menduga kasus pembunuhan berencana dan mutilasi terhadap tiga perempuan di Kabupaten Padang Pariaman berkaitan dengan faktor lain.
“Belajar dari kasus ini, ada yang perlu kita ingat bahwa biasanya pelaku dalam kasus-kasus seperti ini tidak terjadi sendirinya ya,” kata Sosilog dari UNP, Kota Padang Erianjoni di Padang, Senin.
Hal tersebut disampaikan Erianjoni terkait kasus dugaan pembunuhan berencana dan mutilasi terhadap tiga perempuan dengan pelaku seorang laki-laki berinisial SJ alias Wanda.
Erianjoni yang juga Sekretaris UNP tersebut mengatakan terdapat beberapa faktor seseorang bisa menjadi seorang psikopat atau yang melatarbelakanginya hingga tega membunuh tiga korban yang merupakan teman dekatnya.
“Namun, yang paling memungkinkan ialah faktor keluarga. Pelaku yang sudah tidak memiliki sosok ayah sejak kecil bisa dikatakan tidak mendapatkan sentuhan dari orang tua laki-laki,” ujarnya.
Selain itu, menurut dia, untuk membuktikannya juga perlu mendalami apakah SJ mendapat pendidikan agama atau pemahaman hukum secara umum dari keluarga.
“Nah, ini juga menjadi catatan bagi keluarga yang tidak utuh ya. Keluarga yang tidak utuh itu misalnya orang tua tidak lengkap ya,” kata dia.
Selain itu, kata Erianjoni, tindakan keji SJ juga bisa dipicu oleh tidak berjalannya fungsi kasih sayang dalam keluarga atau fungsi sosialisasi pendidikan dalam keluarga terhadap nilai-nilai lainnya.
Lebih jauh ia menjelaskan dalam teori asosiasi diferensiasi dan teori kontrol sosial terdapat beberapa faktor yang memicu seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin, salah satunya imbas tidak adanya kontrol diri atau pengendalian diri.
“Pengendalian diri itu meliputi aspek agama, pendidikan nilai moralitas hingga pemahaman atau literasi terhadap hukum,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda Sumbar Kompol dr Harry Andromeda mengatakan pihaknya telah mengirimkan sampel pembanding deoxyribonucleic acid (DNA) korban dugaan kasus mutilasi di Kabupaten Padang Pariaman ke Laboratorium Mabes Polri untuk diperiksa lebih lanjut.
Harry mengatakan sampel yang dikirimkan berasal dari potongan tubuh mayat dan dua sampel dari kerangka tulang yang ditemukan beberapa waktu lalu.
Pihak rumah sakit juga mengambil swab dari masing-masing orang yang diduga merupakan orang tua korban.
“Jadi saat ini RS Bhayangkara masih menunggu hasil pemeriksaan sampel DNA korban dugaan mutilasi dari Laboratorium Mabes Polri,” kata dia. | BajambaNews.Com | AntaraNews | *** |
1 Comment
wow