Oleh ; Jeni Eka Putra | Kabid Sosial DPD IKM Belitung Timur
Dalam pawai pembangunan tahun 2025 tingkat Kabupaten Belitung Timur, yang juga merupakan rangkaian peringatan HUT RI Ke-80 di Kabupaten Belitung Timur ; Warga Minang melalui Ikatan Keluarga Minang akan hadir dengan menampilkan Rangkiang sebagai wujud pelestarian adat seni budaya Minang di perantauan tapi kami tetap menjunjung tinggi “Dima Bumi Dipijak Sinan Langiak Dijunjuang”,” demikian Jeni Eka Putra, Kepala Bidang Sosial DPD IKM Kabupaten Belitung Timur kepada media di Manggar, Belitung Timur.

Rangkiang bukan sekadar lumbung padi; ia adalah perwujudan nilai budaya Minangkabau—menyimpan bukan hanya hasil panen, tetapi juga solidaritas, tanggung jawab, dan rencana jangka panjang. Di tengah arus modernisasi, filosofi di balik rangkiang tetap relevan sebagai inspirasi untuk membangun ketahanan pangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Ketahanan Pangan & Relevansi Modern
- Konsep rangkiang merepresentasikan model ketahanan pangan rumah tangga sejak masa lampau, dengan budaya menabung padi terintegrasi dalam struktur sosial dan arsitektur adat Desa.
- Setiap jenis rangkiang mewakili fungsi strategis dalam mendukung ketahanan pangan—mulai dari konsumsi sehari-hari hingga cadangan saat darurat, dan penyediaan benih tanam.
- Saat ini, rangkiang mulai langka—baik karena erosi budaya maupun modernisasi gaya hidup—tapi simbol dan filosofi di baliknya tetap menginspirasi revitalisasi ketahanan pangan berbasis komunitas lokal.
- Inisiatif seperti Program Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) kini mencoba mengambil pelajaran dari konsep rangkiang untuk memperkuat sistem cadangan pangan.
Filosofi & Nilai Budaya
- Kata “rangkiang” berasal dari istilah “ruang hyang”, yang secara harfiah berarti “ruang Dewi Sri” — di mana Dewi Sri adalah dewi padi dan simbol kesuburan agraris.
- Sebagai bagian dari sistem rumah adat Minangkabau, rangkiang menyimpan tidak hanya padi tetapi juga nilai-nilai doa, tanggung jawab sosial, dan kearifan lokal.
- Pemiliki rangkiang banyak mencerminkan status ekonomi serta kesiapan keluarga menghadapi masa depan—sebuah simbol kesejahteraan, penghematan, dan solidaritas
Jenis & Fungsi Rangkiang
Terdapat beberapa jenis rangkiang, masing-masing memiliki fungsi khusus:
- Si Bayau‑Bayau
- Digunakan untuk menyimpan stok padi konsumsi harian keluarga.
- Biasanya rangkiang terbesar, ditopang minimal enam tiang dan terletak di bagian kanan halaman rumah gadang.
 
- Si Tinjau Lauik
- Berfungsi menyimpan padi yang akan dijual untuk membeli kebutuhan rumah tangga.
- Ditopang empat tiang dan ditempatkan di tengah halaman.
 
- Si Tanggung Lapa (atau Si Tanguang Lapar)
- Simpanan cadangan untuk menghadapi masa paceklik, bencana, atau keadaan darurat.
- Ditopang empat tiang dan biasanya berada di kiri halaman.
- Selain digunakan oleh keluarga sendiri, sering juga dipinjamkan kepada warga sekitar saat diperlukan.
 
- Rangkiang Kaciak
- Lumbung padi benih (padi abuan) untuk musim tanam berikutnya.
- Struktur yang paling kecil—atap sederhana (tanpa gonjong)—dan biasanya terletak di antara rangkiang lainnya
 
Pengertian & Arsitektur
- Rangkiang adalah lumbung padi tradisional khas masyarakat Minangkabau, yang biasanya berdiri di halaman rumah gadang. Bangunannya berupa rumah kecil bertiang, dengan atap bergonjong menyerupai tanduk kerbau, mirip gaya arsitektur rumah gadang.
- Struktur rangkiang diangkat di atas tiang kayu dan sering dihias motif tradisional seperti pucuk rebung atau itiak pulang patang
Sementara itu dikutip dari berbagai situs informasi, Rangkiang, lebih dari sekadar tempat penyimpanan padi, adalah simbol kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau. Bangunan unik ini memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat agraris di Sumatera Barat.
Sejarah Singkat Rangkiang
Asal-usul rangkiang tak lepas dari sejarah pertanian masyarakat Minangkabau. Sebagai masyarakat agraris yang menggantungkan hidup pada hasil panen padi, mereka membutuhkan tempat penyimpanan yang aman dan tahan lama untuk menyimpan hasil panen mereka. Rangkiang pun hadir sebagai solusi yang tepat.
Bentuk rangkiang yang khas dengan atap gonjong dan dinding anyaman bambu mencerminkan kearifan lokal masyarakat Minangkabau dalam mengelola sumber daya alam. Selain sebagai tempat penyimpanan padi, rangkiang juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Rangkiang sering diibaratkan sebagai lambang kemakmuran dan kesejahteraan.
Fungsi Rangkiang
* Tempat Penyimpanan Padi: Fungsi utama rangkiang adalah sebagai lumbung padi. Padi yang disimpan di rangkiang biasanya merupakan hasil panen terbaik yang akan digunakan untuk berbagai keperluan, seperti benih untuk musim tanam berikutnya atau sebagai cadangan makanan saat terjadi kekurangan pangan.

* Simbol Status Sosial: Jumlah dan ukuran rangkiang yang dimiliki oleh suatu keluarga atau nagari (desa adat) seringkali dijadikan sebagai tolok ukur kemakmuran dan status sosial mereka.
* Pusat Kegiatan Sosial: Rangkiang juga menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial, seperti musyawarah atau upacara adat.
Ancaman dan Upaya Pelestarian
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan rangkiang semakin terancam. Modernisasi pertanian, perubahan gaya hidup, dan urbanisasi menjadi beberapa faktor yang menyebabkan semakin sedikitnya masyarakat yang membangun dan merawat rangkiang.
Untuk melestarikan warisan budaya ini, berbagai upaya telah dilakukan, seperti:
* Pengembangan Wisata Budaya: Rangkiang dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata budaya untuk menarik minat wisatawan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan rangkiang.
* Pendidikan: Melalui pendidikan, generasi muda diharapkan dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam rangkiang dan ikut berperan dalam pelestariannya.
* Kerjasama Antar Lembaga: Pemerintah, masyarakat, dan berbagai lembaga terkait bekerja sama untuk mengembangkan program-program pelestarian rangkiang.
Rangkiang bukan hanya sekadar bangunan kuno, tetapi juga merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan memahami sejarah dan makna yang terkandung di dalamnya, kita dapat menghargai kekayaan budaya bangsa. | BajambaNews.Com | */Redaksi | *** |
 
		
1 Comment
oke