BajambaNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Semakin berkembangnya globalisasi dan arus digitalisasi ternyata turut memengaruhi pola pikir dan minat generasi muda terhadap budaya lokal. Banyak di antara mereka kini lebih akrab dengan budaya populer asing dibandingkan dengan warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
Fenomena ini terlihat dari menurunnya partisipasi generasi muda dalam kegiatan kebudayaan tradisional, seperti seni tari, musik daerah, bahasa daerah, hingga pakaian adat. Di beberapa daerah, sanggar seni tradisional bahkan mulai kesulitan merekrut anggota muda, karena dianggap “tidak relevan” dengan kehidupan masa kini.
“Saat ini anak-anak lebih memilih bermain gadget atau mengikuti tren budaya Korea dan Barat dibandingkan mengenal budaya sendiri,” ujar Rajo Ameh, Direktur Eksekutif Pinang Merah Foundation Indonesia di Manggar, Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan signifikan terhadap jumlah pelajar yang mengikuti ekstrakurikuler kesenian tradisional di sekolah, terutama di perkotaan. Minat terhadap pelajaran muatan lokal pun dinilai kurang, dengan sebagian siswa merasa budaya lokal tidak cukup menarik atau tidak mendukung pencapaian karier masa depan.
Sosiolog budaya dari Universitas Indonesia, Dr. Sinta Marlina, menyebut bahwa fenomena ini merupakan dampak dari kurangnya integrasi budaya lokal ke dalam keseharian anak muda. “Budaya lokal belum dikemas secara menarik dan relevan bagi generasi muda. Tanpa pendekatan kreatif, budaya kita akan terus tertinggal di balik gempuran budaya global,” ujarnya.
Pemerintah, melalui berbagai program seperti Festival Budaya Pelajar dan digitalisasi konten budaya, berupaya membangkitkan kembali kecintaan generasi muda terhadap budaya Indonesia. Namun, upaya ini memerlukan kolaborasi antara lembaga pendidikan, komunitas budaya, hingga peran aktif orang tua.
“Budaya bukan sekadar warisan, tapi identitas. Jika generasi muda tidak lagi merasa memiliki, maka kita sedang menghadapi krisis kebudayaan, ”Budaya lokal tersisihkan,” kata Rajo Ameh, dalam sebuah bincang-bincang..
Membangkitkan kembali minat generasi muda terhadap budaya Indonesia menjadi tugas bersama, agar kekayaan budaya nusantara tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.
Berkurangnya Minat Generasi Muda terhadap Budaya Indonesia
Dalam sebuah kutipan dari media online, banyak anak muda Indonesia sudah melupakan budaya bangsa Indonesia dan menyukai luar negeri, faktor kemajuan teknologi informasi adalah salah satu faktor yang membuat kecintaan anak muda akan budaya mereka sendiri mengurang.
Bukan hanya itu, bahkan banyak anak muda yang menilai budaya Indonesia adalah budaya yang kuno dan tidak mengikuti zaman, padahal budaya Indonesia memiliki banyak sekali ragam dan sangat keren.
Sebagai masyarakat Indonesia seharusnya kita mencintai dan mengembangkan budaya kita sendiri, dan memperkenalkan budaya kita kepada muka dunia sehingga budaya kita dicintai masyarakat dunia.
Anak muda banyak yang menyukai budaya luar negeri salah satunya budaya Korea, banyak anak muda menyukai bahkan mendewakan tokoh-tokoh di Korea.
Tak jarang ada yang sampai membenci orang yang memberikan kritik kepada idol mereka. Perilaku fanatik ini membuktikan bahwa anak muda Indonesia tidak memperhatikan lagi budaya dalam negeri.
Bukan hanya budaya Korea, tetapi budaya barat juga menyusupi banyak anak muda, penerapan budaya barat di terapkan pada lifestyle anak muda zaman sekarang.
Contoh perilaku anak muda yang sudah mulai berubah adalah kebebasan mutlak berbeda dengan budaya Indonesia yang menerapkan kebebasan tetapi masih beradab.
Banyak anak muda yang mulai menerapkan individualisme dalam hidup mereka dengan tidak mempedulikan orang lain berbeda dengan ideologi atau budaya Indonesia yaitu gotong royong.
Indonesia memiliki budaya yang sangat banyak dan memiliki banyak potensi untuk membuat Indonesia dibanggakan di kancah Internasional, karena kurangnya pengembangan budaya Indonesia.
Sebagai anak muda Indonesia yang mempunyai rasa bangga akan bangsa Indonesia seharusnya kita mengembangkan budaya Indonesia menjadi lebih supaya anak muda lebih related dengan budaya Indonesia yang sangat keren dan indah.
Penurunan minat anak muda akan budaya Indonesia ini harus diperhatikan karena jika diabaikan anak muda akan kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal ini dikarenakan banyaknya pengaruh budaya yang anak muda dapatkan di internet, lembaga budaya di Indonesia harus menciptakan program-program yang mengembalikan minat anak muda akan budaya Indonesia, salah satu yang bisa dilakukan adalah mengembangkan budaya Indonesia sesuai kemajuan zaman.
Weird Genius adalah pihak yang seharusnya dicontoh dalam mengembangkan budaya Indonesia, lagu yang diproduksi oleh Weird Genius sukses di pasar anak muda dengan menggabungkan musik yang cukup disukai anak muda yaitu genre EDM dengan memasukkan aspek budaya di dalamnya seperti memasukkan bahasa jawa dan menggunakan alat musik tradisional.
Melihat banyaknya budaya luar yang masuk ke Indonesia, sebenarnya pemerintah bisa mencontohnya. Kita bisa mencontoh Jepang dalam melestarikan budaya, dengan menampilkan kepada masyarakat dengan kemasan yang sangat baik sehingga image yang keluar juga baik, sehingga masyarakat jepang sendiri mencintai budayanya sendiri.
Tidak hanya masyarakat Jepang sendiri tetapi seluruh dunia, budaya Jepang yang disukai oleh masyarakat dunia adalah budaya Samurai, Anime, sushi, dan masih banyak lagi. Pemerintah Indonesia harus mencontoh bagaimana Jepang membuat kemasan budaya negara yang dengan baik.
Budaya adalah suatu hal yang seharusnya dicintai bukan hal yang dipaksakan, harus ada kecintaan akan budaya untuk budaya tetap bertahan dari sebuah generasi karena kehilangan budaya yang tidak lagi diminati.
Menurut penulis, bukanlah akhir dari segalanya karena manusia itu adalah makhluk yang harus berkembang jika ada budaya yang sudah lagi relevan dengan zaman bukanlah hal yang buruk untuk meninggalkan sebuah budaya.
Percuma saja pemerintah menyeru-nyerukan untuk anak muda mempertahankan budaya Indonesia, tetapi tidak memberikan dukungan dan juga rancangan yang baik untuk budaya tersebut.
Jika hanya menyeru-nyerukan saja bagaimana nasib praktik budaya yang hidup dari budaya, jika sudah diminati tetapi masih saja dipaksa untuk mempertahankan budaya, bagaimana mereka memenuhi hidupnya jika dipaksa tetap mempertahankan budaya. | BajambaNews.Com | */Kumparan | *** |
 
		
1 Comment
oke